Sejarah TAMIYA di Indonesia


Awal saya mengenal Tamiya ini yakni sekitar saya duduk di bangku kelas 3 atau 4 SD. Saya agak lupa kelas berapanya, yang saya ingat pasti ialah kecintaan akan mobil Tamiya ini berawal saat kakak saya memamerkan mainan seri Mini 4WD tersebut.
Model Tamiya yang diperlihatkan pada saat sekitar 15 tahun silam itu bernama Super Astute Junior White dengan sasis Zero. Karena masih kecil, saya pun ikut-ikutan pengen punya. Nah karena kondisi keuangan keluarga yang pas-pasan, akhirnya saya mendapatkannya beberapa minggu kemudian.
Ternyata, mobil yang saya inginkan, Super Astute Junior White yang mirip dengan punya kakak saya itu tidak ada. Akhirnya saya terpaksa membeli Super Astute Junior yang berwarna merah. Kalau tidak salah ingat, mainan tersebut saya beli di THR yang sekarang berubah nama menjadi Hi-Tech Mall Surabaya.
Sejak itu, petualangan saya membeli bermacam-macam jenis mobil Tamiya Mini 4WD pun semakin menjadi-jadi. Meski belum pernah ikut lomba balapan yang sesungguhnya, saya sempat memiliki sirkuit oval biasa (hadiah dari kakak saya) dan beberapa set peralatan seperti: obeng set, ban, gear, minyak pelumas, spray, re-chargeable battery, charger super 3 minutes, tool box, dan beberapa mobil dengan setting balap. *Speed checker belum sempet kebeli dah pensiun.
Bahkan saya juga rela berburu kawat kumparan yang konon katanya buatan Jerman lah yang paling bagus. Mulai dari kawat berukuran kecil, sampai terakhir kalau gak salah saya menggunakan ukuran 0,5mm dengan jumlah lilitan sebanyak 16 lilitan (kalo gak salah inget). Dan yang bikin saya bangga, kumparan modifikasi sendiri tanpa guru itu menjadi lumayan cepat, rasanya sih sudah pantas buat ikut lomba.
Meski begitu, Tamiya Mini 4WD termasuk jenis mainan yang sangat susah dan penuh tantangan. Untuk membuatnya menjadi mobil yang kencang, banyak hal yang harus diperhatikan. Misalnya saja diameter ban, jenis ban yang digunakan, ukuran gear, model dan jenis bearing, kapasitas dan merk baterai, dsb.
Belum lagi soal lintasan yang bermacam-macam. Seperti halnya balapan sungguhan seperti Formula 1 atau MotoGP, setiap lintasan butuh setting sendiri. Mobil yang tercepat belum tentu menang, apalagi jika mobil terpental keluar lintasan saking ‘liar’nya.
Kalo mobil yang dirakit sudah cukup kencang, seringkali saat keluar lintasan konsekuensi yang harus diterima ialah body-nya retak bahkan patah. Kalo retak mungkin masih bisa diakali dengan diberi lem seperti alteco atau Lem G. Tapi kalau sudah patah, harus diganti chasing baru, dirakit ulang dan di-test ulang.
Pengalaman saya, setiap mobil dirasa sudah 80% oke, saya selalu menggunakan lem alteco di setiap bagian yang rawan lepas saat mobil terpental. Kalo gak begitu, dipastikan banyak spare part yang hilang saat mobil terpental dan berantakan. Contohnya saja nih: bearing -> udah mahal, gampang hilang pula.
Sebelum ke tahap itu, saya sempat dibikin frustasi saat menemui masalah sepele: mobil keluar lintasan saat tikungan. Kalo inget masa-masa itu, jadi pengen ketawa deh rasanya. Kuncinya ialah pada bearing depan yang berfungsi mengontrol tekanan pada mobil. Sejak saat itu saya mengerti betul Tamiya Mini 4WD ini bukan mainan buat anak kecil biasa.
Sayangnya kini mainan saya itu hilang entah kemana. Kalopun ada, kondisinya sudah banyak yang hilang. Rasanya ingin bermain seperti dulu lagi, tapi kondisi menuntut untuk melakukan hal lain. Dan rasanya lomba balap Tamiya sekarang tak semeriah dulu ya.
Sejarah Tamiya
Tamiya adalah sebuah merk perusahaan mainan asal Jepang yang didirikan oleh pria bernama Yoshio Tamiya. Karena terus berkembang, Tamiya pun akhirnya dikenal sebagai “First in Quality Around the World”.
Tamiya yang dikenal sebagai mainan orang dewasa ini sebenarnya merupakan mainan untuk anak-anak yang dimodif sedemikian rupa hingga membuat lajunya kencang (terutama seri Mini 4WD). Peralatan serta spare part yang mahal membuat Tamiya ini lebih cocok bila disebut mainan orang dewasa.
Perlombaan Tamiya pun sering diadakan sampai hari ini walau sudah tidak sesering dulu lagi. Sebenarnya Tamiya adalah merk mainan yang berbentuk mobil balap ini. Berhubung dulu yang terkenal pertama kali dan masuk di Indonesia adalah merk Tamiya, maka sampai sekarang mainan ini disebut Tamiya.
Sekarang sudah banyak merk-merk selain Tamiya, seperti Auldey misalnya. Tapi meski begitu, merk Tamiya-lah yang paling banyak dicari, bahkan hingga saat ini. Nah berikut ini sejarah tahun kelahiran Tamiya.
1946 : Yoshio Tamiya mendirikan pabrik penggergajian kayu di kota Shizuoka.
1947 : Divisi pembuatan model kit dari kayu dibentuk.
1953 : Pabrik penggergajian ditutup, Tamiya mengkhususkan diri pada pembuatan model kit dari kayu.
1960 : Tamiya, Inc. mulai memproduksi
1968 : Tamiya jadi perusahaan model kit pertama di Jepang yang ikut pameran di Nuremberg Toy Fair, Jerman.
1976 : Tamiya merilis R/C Porche 934 Turbo bertenaga listrik dengan skala 1/12. Rilis ini memacu populeritas mobil radio kontrol.
1977 : Shunsaku Tamiya jadi Presiden dan Pemimpin Eksekutif Tamiya Plastic Model, Co. Seri Mobil Sport mulai dipasarkan.
1981 : Tamiya meluncurkan Seri Sepeda Motor skala 1/12.
1984 : Shunsaku Tamiya diangkat menjadi Presiden dan Pemimpin Eksekutif Tamiya, Inc.
1987 : Mobil “Racing Mini 4WD” skala 1/32 yang diproduksi sejak setahun sebelumnya, mencapai total penjualan 10 juta unit.
1988 : Pendiri Tamiya, Inc., Yoshio Tamiya meninggal dunia pada usia 83 tahun.
1989 : Tamiya Amrica, Inc. didirikan di Los Angeles, California, Amrik. Masih pada tahun yang sama, dibuka cabangnya di Eropa.
1995 : Cabangnya di Filipina didirikan, Tamiya Philipines, Inc.
1996 : Tamiya Kakegawa R/C Circuit dibuka di Kakegawa, Shizuoka, Jepang.

1 Responses to “Sejarah TAMIYA di Indonesia”

yakimearnshaw :

citizen eco drive titanium watch - Titanium Arts
With an open plan titanium frame glasses and a large interior and a comfortable design, it is winnerwell titanium stove ideal for guests to utilize revlon hair dryer brush titanium in-room dining man titanium bracelet and titanium metal

5 Maret 2022 pukul 07.35

Posting Komentar